Peradaban Pancaindera

Tetes, Ramadlan 29

Sedangkan kita semua melangsungkan pergaulan, kebudayaan, politik, demokrasi dan segala macam pekerjaan ber-Negara, hampir 100 persen mengandalkan pertunjukan-pertunjukan kasat mata dan sebatas ranah pancaindera. Demokrasi dilaksanakan melalui mulut dan telinga, sementara transaksi-transaksi pengingkar demokrasi justru harus dan selalu disembunyikan dari pancaindera. Pemilihan pemimpin diaplikasikan dengan pencitraan, produksi topeng-topeng, kebohongan publik yang tidak bisa dibuktikan sebagai kebohongan publik. Kriminalitas moral yang tak mungkin ditemukan fakta hukumnya secara pancaindera.

Yang disebut memilih pemimpin adalah massa yang menjadi korban dusta informasi, yang menentukan dan memilih pemimpin mereka berdasarkan disinformasi-disinformasi yang mereka sangka informasi. Mereka bilang pemilihan pemimpin itu bebas dan rahasia. Padahal tidak bebas memilih, melainkan rakyat hanya dikasih satu dua pilihan di antara jutaan kemungkinan pilihan. Juga disebut rahasia, tetapi dengan mudah diketahui seseorang memilih siapa, sehingga rakyat ketakutan kalau dituduh tidak memilih siapa atau memilih siapa. Peraturan pemilihan mengharamkan tindakan tidak memilih, dan rakyat tidak berani melanggarnya, sebab mereka tidak berada di dalam sistem dan atmosfir pemilihan yang bebas dan rahasia.