Puasa Kasatmata

Tetes, Ramadlan 28

Pelajaran utama dari ibadah puasa antara lain adalah pentingnya rahasia. Pentingnya substansi, esensi dan nuansa, yang pancaindra tidak bisa menemukannya. Tidak seorang pun bisa mengetahui persis apakah seseorang melakukan puasa atau tidak. Orang yang mengaku berpuasa harus diawasi setiap detik dari Subuh hingga maghrib. Dan andaikan pengawasan itu dilakukan oleh Bapak kepada anak-anaknya, pemimpin kepada yang dipimpinnya atau sebaliknya, bahkan Polisi dan Intel kepada rakyat–tetap saja tak bisa diketahui kandungan niat di dalam hati orang yang diawasi. Seseorang bisa benar-benar berniat puasa, bisa juga berniat menunjukkan fakta-fakta kasat mata bahwa ia berpuasa. Dan fakta batin yang sesungguhnya tidak bisa diidentifikasi atau diukur dengan parameter apapun saja. Kita semua hanya saling percaya bahwa kita berpuasa. Apalagi Allah sendiri mengklaim bahwa “ibadahmu yang lain untukmu, tapi puasamu untuk-Ku”. Sungguh puasa sangat terang benderang menjelaskan bahwa kenyataan hidup manusia yang sejati berada di wilayah yang pancaindra tak mampu menjangkaunya.